Senin, 24 Oktober 2011

Lebih tinggi meningkat Motivasi makin tingkat memaju jangka masa Depan

 

Berkeras menyambut masa depan


BANYAK orang yang berkata bahwa masa depan tak pasti, sehingga semuanya menjadi serba sulit karena ketidakpastian itu. Namun marilah kita berfikir sejenak: bukankah justru karena segala sesuatu tidak pasti, berarti segalanya menjadi mungkin? Jika anda berani berjuang untuk meraih tujuan tertentu, maka anda akan berhadapan dengan dua kemungkinan: berhasil atau gagal. Akan tetapi jika anda tidak mau untuk berusaha, maka hanya ada satu kemungkinan yang akan anda dapatkan, yaitu kegagalan!


Apa yang ada pada diri anda saat ini, adalah hasil dari upaya dan kerja keras anda pada masa lalu. Jika anda ingin masa depan anda sama dengan masa sekarang, maka lakukanlah sama seperti apa yang anda lakukan pada masa lalu! Namun jika anda ingin masa depan anda lebih baik dari pada masa sekarang, maka hari ini anda harus bisa berbuat yang lebih baik dari pada masa lalu anda.


Jangan berkecil hati setiap kali anda menemui kesempatan gagal, karena itu berarti anda juga akan menemui kesempatan berhasil. Tugas anda hanyalah berperilaku yang lebih mungkin membuat anda berhasil dari pada gagal. Tugas anda adalah membuat sebab, sedangkan akibat dari sebab yang anda buat itu adalah takdir yang akan anda raih.


Masa depan adalah gambar yang anda lukis pada hari ini. Cerah atau suramnya tergantung pada bagaimana anda melukisnya. Namun ada satu lagi yang menentukan cerah atau suramnya lukisan anda, yaitu takdir. Bayangkan jika anda melukis gambar masa depan itu dengan lukisan yang sangat indah, namun tiba-tiba lukisan itu terbakar api dan menjadi hangus. Sekali lagi, masa depan memang tak pasti! Akan tetapi itu bukan berarti bahwa kita tidak perlu berusaha dan bekerja keras. Justru ketidakpastian itu mengajarkan kita makna kepasrahan kepada Alloh yang mengatur hidup kita. Itulah mengapa kita tidak cukup hanya sekedar berdoa dan berusaha saja, namun harus dilengkapi dengan tawakal atau memasrahkan segalanya kepada Alloh.


Jika masa depan memang benar-benar tak pasti, maka sambutlah masa depan itu dengan cara-cara yang pasti akan mengantarkan anda menuju tempat yang baik! (sumber: http://fahrihidayat.blogspot.com)

Optimis dalam perjuangan


Tahun 1453. Ribuan bendera perang tentara Turki sudah berkibar mengelilingi kota konstantinopel. Serangan demi serangan telah dilancarkan, moncong-moncong meriam tentara Turki setiap hari memuntahkan lahar panasnya menghantam tembok-tembok konstantinopel, satu demi satu pasukan berkuda Turki mencoba menembus garis pertahanan lawan, namun hujan panah dan timah panas dari atas dinding benteng selalu menyambut mereka. Benteng konstantinopel masih saja kokoh berdiri, seakan menampakkan keangkuhannya kepada tentara Turki yang sudah hampir kehabisan amunisi.


Hari demi hari silih berganti. Namun belum tampak tanda-tanda keruntuhan benteng bersejarah itu. Tentara Turki sudah mulai berputus asa. Semangat mereka yang awalnya bergelora bagai dahsyatnya meriam-meriam Turki itu kini mulai meredup. Perjuangan panjang yang melelahkan belum membuahkan hasil.


Para komandan Turki sudah mulai bergoyah. Bahkan salah seorang menteri mengusulkan kepada Sultan Muhammad II untuk menghentikan serangan dan menerima perjanjian dengan pihak Bizantium. Mental pasukan Turki sudah benar-benar jatuh.


Sultan Muhammad II tetap tidak bergeming. Sorot matanya yang tajam menampakkan sebuah harapan. Ia segera bangkit dan membakar kembali semangat tentaranya. Karena masih ada harapan yang tersisa, yaitu penyerangan dari jalur laut. Kota konstantinopel dikelilingi oleh lautan dari 3 sisi sekaligus, yaitu selat Borphorus, laut Marmara, dan Tanduk emas. Pertahanan di wilayah Tanduk emas inilah yang merupakan titik lemah pasukan Romawi. Namun satu-satunya akses untuk menembusnya sudah di jaga oleh rantai yang sangat besar dan memanjang. Sehingga tidak mungkin kapal perang Turki bisa melewatinya. Ini adalah masalah besar.


Ditengah situasi yang genting itu, Sultan Muhammad II dengan kecerdasannya menginstruksikan sebuah starategi yang tak terduga, yaitu membawa kapal-kapal perang Turki melewati gunung yang melindungi kota. Perahu berjalan ditas gunung! Malam itu ratusan tentara Turki menarik perahu-perahu melewati gunung. Mereka seakan-akan menjadikan bumi sebagai lautan dan menyeberangkan kapal-kapal perangnya di puncak gunung sebagai ganti gelombang lautan. Pagi harinya, ketika mentari mulai memancarkan sinarnya, pasukan Romawi terbelalak tak percaya melihat kapal-kapal perang Turki sudah berada di dalam tanduk emas. Serangan umumpun dilancarkan.

Sultan Muhammad II telah membuktikan kekuatan sebuah optimisme. Optimisme adalah selalu mencari peluang di setiap keterdesakan. Optimisme akan melahirkan ide-ide kreatif. Lihatlah bagaimana ide kreatif Sultan Muhammad muncul ditengah-tengah situasi yang sangat genting. Ide cemerlang itu tak mungkin muncul tanpa adanya optimisme. Membawa perahu perang menyeberangi gunung adalah sebuah strategi yang tidak pernah ada sebelumnya. Yilmaz Oztuna seorang sejarawan bahkan memujinya dengan penuh kekaguman "kami tidak pernah melihat dan mendengar sebelumnya, sesuatu yang sangat luar biasa seperti ini. Muhammad Al-Fatih telah mengubah bumi menjadi lautan dan dia menyeberangkan kapal-kapalnya di puncak-puncak gunung sebagai pengganti gelombang-gelombang lautan. Sungguh kehebatannya jauh melebihi apa yang dilakukan oleh Alexander yang Agung"

Para tokoh besar selalu memiliki sikap kebertahanan pada setiap situasi. Ia tak akan terbawa dengan bisikan-bisikan yang melemahkan, ataupun celaan-celaan yang menggoyahkan. Andai Sultan saat itu mendengarkan bisikan menterinya untuk menghentikan serangan, maka perjuangan panjang yang memakan biaya yang sangat besar itupun akan berakhir sia-sia.


               Optimisme adalah kunci keberhasilan. Lihatlah gerakan Ikhwanul Muslimin yang di dirikan oleh Hasan Albanna di Mesir. Pada saat gerakan ini masih terbilang sangat kecil secara kuantitas, Hasan Albanna justru mengatakan bahwa visi gerakan ini adalah untuk menjadi guru bagi peradaban dunia (ustadziyatul alam). Ini adalah sebuah optimisme yang luar biasa. Dan hari ini optimisme itu membuahkan hasil yang nyata. Ikhwanul Muslimin menjadi gerakan Islam terbesar dan paling berpengaruh di dunia. Mungkin Hasan Albanna telah lama meninggal, namun optimisme yang dibangunnya semenjak gerakan ini didirikan masih tetap hidup dan menyala di hati generasi penerusnya.

Optimisme ibarat matahari yang tak pernah lelah memancarkan sinarnya. Mungkin adakalanya sinar itu tertutup oleh mendung, namun ia akan selalu menembus setiap celah yang ada. Sekecil apapun celah itu. Dan matahari itu ada dalam diri kita. Nyalakanlah sinarnya! (sumber: http://fahrihidayat.blogspot.com)Oleh: Fahri Hidayat

 

Menyalakan potensi diri


Seorang bayi yang baru terlahir di dunia ini, pada dasarnya tidak dalam keadaan kosong seperti kertas putih. Namun ia sudah memiliki potensi dan kecenderungan tertentu yang apabila di dukung oleh lingkungan yang positif, maka ia akan berkembang sesuai dengan potensinya tersebut.


Tidak ada satupun manusia yang dilahirkan dengan tidak memiliki sebuah kelebihan. Artinya, semua orang pasti memiliki potensi dan bakatnya masing-masing. Hanya masalahnya, apakah bakat dan potensi itu di kembangkan atau di biarkan berkarat sehingga menjadi tumpul.

Sebenarnya waktu yang tersedia untuk kita dalam sehari adalah sama, yaitu 24 jam. Namun mengapa dengan waktu yang sama itu kita bisa menjadi berbeda-beda? Ada yang sukses, ada yang kurang sukses, dan ada juga yang gagal. Ternyata kuncinya ada pada cara kita menggunakan waktu. Cara kita menggunakan waktu itulah yang pada akhirnya akan membuat kita berbeda. Jika kita mampu menggunakan waktu untuk hal-hal yang positif, seperti membaca atau menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan, secara teratur dan terencana, maka kebiasaan yang kita bangun tersebut pada akhirnya akan membentuk kepribadian kita.

Tidak ada manusia yang sempurna. Karenanya parameter kesempurnaan itu menjadi relatif. Kita semua memiliki kelebihan, dan juga memiliki kekurangan. Semua orang pasti memiliki kekurangan, tanpa terkecuali. Maka, kita tidak usah terlalu merisaukan kekurangan yang ada pada diri kita. Justru fokus untuk mengembangkan kelebihan-kelebihan kita itu lebih prioritas dari pada berusaha menutupi kekurangan diri. Karena manusia akan dinilai secara totalitas; yaitu apakah yang dominan dari dirinya dan menjadi identitasnya.

Barangkali kita pernah mendengar tentang seorang Plato yang memiliki kekurangan fisik, yaitu ketika berjalan Ia agak membungkuk. Namun ketika orang ditanya “apa yang kamu tahu tentang Plato?” pasti semua akan serentak menjawab “dia adalah seorang filosof besar yang sangat jenius”.


Mungkin sepintas kita pernah mendengar tentang Thomas Alfa Edison yang konon intelektualnya terbelakang. Dalam bahasa lebih mudahnya mungkin bisa di sebut dungu. Namun orang secara kolektif tetap melihat seorang Alfa Edishon sebagai seorang ilmuan penemu lampu pijar yang sangat konsisten dan pantang menyerah.


Barangkali kita pernah mendengar secuil aib-aib tentang Muhammad Al-Fatih. Namun semua orang pasti akan mengenang Muhammad Al-Fatih sebagai seorang pemuda hebat yang berhasil menaklukan benteng konstantinopel.


Contoh-contoh diatas menjelaskan kepada kita, bahwa ternyata apa yang akan orang nilai tentang diri kita, adalah sesuatu yang dominan pada diri kita. Buktinya, orang tidak akan mengenang Plato sebagai orang yang pincang, namun mengenangnya sebagai seorang filosof besar. Orang tidak akan mengenang Edison sebagai orang yang dungu, namun dunia bahkan menobatkannya sebagai penemu lampu pijar. orang yang sempurna itu sebenarnya bukan orang yang tidak memiliki cacat sama sekali. Karena orang yang tidak memiliki cacat itu tidak ada di dunia ini, kecuali para Nabi dan Rosul yang memang mendapat garansi dari Alloh. Namun kesempurnaan yang sebenarnya adalah ketika kita bisa mengoptimalkan apa yang menjadi bakat dan potensi kita.


Maka, nyalakanlah semangat untuk melejitkan potensi kita. segeralah ambil pena, dan tuliskan apa saja yang ingin kita capai dalam tempo dekat, jangka menengah, ataupun jangka panjang. Jika itu sudah kita lakukan, itu artinya kita sudah benar-benar menjalani kehidupan. Karena dengan mengetahui tujuan akhir kita, kita akan tau dimana posisi kita berdiri saat ini. Mulailah dari hal-hal yang sederhana. tetaplah bersabar dan konsisten. Jagalah gelora semangatmu, agar ia terus menyala. Ingatlah, langkah keseribu di mulai dari langkah pertama. Gedung pencakar langit yang megah, tinggi dan menjulang tetaplah merupakan kumpulan dari butiran-butiran pasir yang kecil. Karya-karya kecil yang kita rangkai setiap hari, jika kita konsisten dan sabar untuk menjalaninya, suatu saat iapun akan menjelma menjadi sebuah karya yang besar. Yakinlah. Mulailah semua itu dari sekarang, dari detik ini!
(sumber:
http://fahrihidayat.blogspot.com) 2010/11/menyalakan-potensi-diri.html.  Oleh: Fahri Hidayat

 

Selamat tinggal kegagalan


Ada seorang anak kecil yang sedang belajar mengendarai sepeda mini. Ia berangkat dari sebuah keinginan, yaitu untuk bisa bersepeda santai seperti teman-teman sebayanya. Itulah yang membuatnya memutuskan untuk mulai belajar. Namun, pada saat ia mulai mencoba, ia terjatuh sehingga kakinya terluka. Sang anakpun menangis karenanya. Apakah ini berarti sang anak gagal meraih impiannya untuk dapat mengendarai sepeda?


Jawabannya adalah tergantung bagaimana sang anak menyikapi kejadian tersebut. Jika setelah terjatuh ia masih terus gigih untuk mencoba, dan mungkin terjatuh lagi, lalu ia bangkit lagi dan terus mencoba, maka ini berarti kegagalannya dalam mencoba adalah bagian dari proses belajarnya. Hingga akhirnya iapun akan mulai terbiasa dan benar-benar bisa mengendarai sepeda dengan baik.


Namun jika setelah terjatuh itu sang anak lantas tidak mau lagi mencoba, karena alasan apapun itu, maka kegagalannya dalam mencoba itu merupakan hasil akhir. Dan ia mungkin tak akan pernah terjatuh lagi karena mencoba mengendarai sepeda, namun ia juga tak akan pernah bisa mengendarai sepeda untuk selamanya!


Setiap orang yang saat ini berada pada puncak kesuksesannya adalah orang yang paling sering mengalami kegagalan. Masalah terbesar yang membatasi antara kita dengan kesuksesan sebenarnya bukan terletak pada kegagalan. Namun justru terletak pada bagaimana kita menyikapi kegagalan tersebut. Kegagalan jika kita lihat sebagai hasil akhir, maka ia benar-benar akan menjadi sebuah kegagalan yang sempurna. Lain lagi kisahnya jika kita melihatnya sebagai bagian dari proses, maka ia bukan merupakan akhir dari sebuah episode, namun masih ada lagi kisah yang mungkin lebih baik setelah melewati kegagalan itu. Kuncinya adalah bagaimana kita menyikapinya. Jika kita kemudian berpusus asa dan tidak lagi melanjutkan apa yang telah kita usahakan, itu artinya kita telah melarikan diri dari lingkaran masalah. Ya, kita mungkin tidak akan mendapatkan kegagalan yang serupa, namun kita juga tidak akan mungkin mendapatkan apa yang kita perjuangkan.


Alloh tidak pernah berjanji pada hambanya untuk melepaskannya dari masalah. Namun, Alloh berjanji untuk membantu hambanya supaya dapat keluar dari masalahnya dengan baik. Karena masalah adalah sarana yang akan membuat kita belajar. Kegagalan adalah bagian dari masalah. Maka lihatlah ia sebagai proses dari sebuah episode kehidupan yang penuh liku ini. Dengan demikian, kita akan selalu berfikir untuk mencari cara untuk bangkit kembali ketika kita sedang mengalami kegagalan.


Ingatlah, satu-satunya alasan mengapa orang tidak pernah terjatuh adalah karena ia tak pernah berani untuk berlari. Mencoba kemudian salah, itu jauh lebih baik dari pada tidak pernah salah karena memang tidak pernah mencoba. Kegagalan bukan akhir dari sebuah cerita, namun batu loncatan yang membuat kita berinstrospeksi dan melangkah kembali dengan lebih baik. Selamat tinggal kegagalan! (http://fahrihidayat.blogspot.com) 2010/09/selamat-tinggal-kegagalan.html. Oleh: Fahri Hidayat

1 komentar:

  1. This is a really good read for me, Must admit that you are one of the best bloggers I ever saw.Thanks for posting this informative article.

    BalasHapus